Sejarah Cureh



Sejarah Gampong Cureh

Pada masa dahulu, di sebuah lembah yang terletak di perbatasan Gampong Lheue dan Mesalee, sering terlihat harimau berkeliaran. Lembah ini kemudian dikenal dengan sebutan Cureh, yang dalam bahasa setempat berarti “tulang kering”. Penamaan itu tidak lepas dari sebuah kisah tragis yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat. Dikisahkan, seorang petani yang sedang mencari rotan di hutan sekitar lembah tersebut diserang harimau. Setelah beberapa hari dilakukan pencarian oleh warga, yang ditemukan hanyalah tulang kering sang petani. Peristiwa nahas ini begitu membekas dalam ingatan masyarakat, sehingga nama Cureh melekat dan digunakan untuk menyebut kawasan lembah itu.

Seiring perjalanan waktu, penduduk Gampong Lheue semakin bertambah banyak. Gampong ini pun menjadi salah satu wilayah terluas dan terpadat di kawasan Mukim Empee Ara. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengelolaan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Menyadari kondisi tersebut, pada tahun 1977 tokoh masyarakat sekaligus Mukim Empee Ara, yakni Yahya Amin, mengajukan usulan kepada Camat agar Gampong Lheue dimekarkan. Tujuannya adalah agar roda pemerintahan berjalan lebih efektif, sekaligus mendekatkan pelayanan kepada warga.

Usulan pemekaran ini mendapat sambutan positif. Melalui proses pengajuan yang cukup panjang, baik ke tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi dan pusat, akhirnya terbentuklah sebuah gampong baru. Sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kisah yang melekat pada kawasan tersebut, gampong baru ini diberi nama Gampong Cureh, sesuai dengan nama lembah bersejarah di perbatasan Lheue dan Mesalee.

Pada awal berdirinya, Gampong Cureh dipimpin oleh Keuchik pertama, Yahya Ahmad. Sosok ini tidak hanya menjadi pemimpin gampong, tetapi juga menjabat sebagai Kepala Mukim Empee Ara pada masa itu. Kepemimpinannya menandai awal perjalanan Gampong Cureh sebagai sebuah entitas pemerintahan yang mandiri, setelah sebelumnya menjadi bagian dari Gampong Lheue.

Secara geografis, Gampong Cureh memiliki letak yang cukup strategis. Di sisi selatan dan timurnya mengalir Sungai Krueng Aceh, yang sejak dahulu menjadi sumber kehidupan sekaligus batas alami wilayah. Posisi ini menjadikan Gampong Cureh memiliki lanskap alam yang khas, dengan potensi pertanian, perkebunan, dan hasil hutan yang sejak lama dimanfaatkan oleh penduduk.

Hingga kini, Gampong Cureh tetap dikenang sebagai gampong hasil pemekaran dari Gampong Lheue. Nama yang disandangnya menjadi pengingat akan kisah sejarah yang penuh makna, sekaligus simbol dari keteguhan masyarakat dalam menjaga identitas dan warisan leluhur.




Cureh

Alamat
Jl. Tgk. Chiek Di Tiro, Dusun Meunasah Jeumpa, Desa Cureh, Indrapuri, Aceh Besar
Phone
Telp. 085362633363
Email
[email protected]
Website
cureh.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

24.163